We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat

Bab 523
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 523 Ingatan Selena melayang pada saat pertama kali dia merasakan gerakan janin dalam kandungannya, dia kegirangan seperti anak kecil dan tak sabar untuk berbagi kebahagiaan dengan Harvey.

Hari itu dia mengirim banyak pesan suara dan video kepada Harvey, tetapi tak ada satu pun balasan diterimanya.

Ketika akhirnya Harvey pulang di malam hari, Selena menyambut lelaki itu dengan senyuman lebar di wajahnya.

“Harvey, hari ini bayi kita gerak. Beneran! Aku merasakannya, coba deh kamu pegang perutku.

Saat itu, janinnya baru berusia tiga bulan dan perutnya belum membuncit. Namun, Harvey hanya meliriknya dengan tatapan dingin sekilas, kemudian pergi.

Seolah baru saja diguyur dengan seember air dingin dari atas kepala hingga ujung kaki, pada saat itu dia baru menyadari bahwa tidak semua orang merasakan kegembiraan seperti yang dia rasakan.

Seiring waktu, anak dalam kandungannya makin besar dan gerakannya pun makin terasa. Namun, dia tidak pernah sekalipun memberi tahu Harvey.

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

Saat itu, Harvey sering pergi pagi, pulang malam, atau bahkan tidak pulang sama sekali untuk waktu yang lama.

Jadi, dia sama sekali tidak sadar akan perubahan pada fisik Selena..

Selama beberapa bulan kehamilan Selena, Harvey sama sekali tidak pernah menyentuh perutnya.

Namun, hari ini, dia mengajukan permintaan itu dengan hati-hati. Matanya bahkan memancarkan tatapan memohon.

Selena sudah bersiap untuk menolaknya, tetapi saat itu terdengar ketukan pintu di ruang tunggu. Mereka pun langsung melihat ke arah pintu.

Billie dan Chandra masuk ke dalam ruangan, satu demi * 8 Billie yang memegangi amplop coklat di tangannya berkata dengan serius, “Tuan, ahli forensik masih melakukan autopsi, tapi hasil DNA sudah keluar. Aku mengawasi seluruh proses pengujian, jadi hasilnya pasti akurat.” Sean perlahan-lahan mengambil kantong kertas itu, jari-jarinya gemetar karena tegang saat membukanya.

Seketika ruangan itu sunyi. Selena menahan napas dan tanpa sadar mencengkeram roknya sendiri.

Dia sendiri juga tidak tahu kenapa dia begitu tegang, padahal dirinya bukan bagian dari keluarga Bennett.

Sesaat kemudian, wajah Sean yang sedari tadi gelisah pun berubah pucat pasi. Bahkan, sebelum Selena sempat bertanya tentang hasilnya, tubuh Sean sudah terhuyung jatuh.

“Tuan Sean!” +15 BONUS Billie dengan panik menopang Sean, sementara hasil autopsi yang dipegang Sean jatuh berserakan ke lantai.

Selena menunduk dan melihat hasil identifikasi tersebut.

Mayat ini benar-benar adik perempuannya.

Meskipun tidak kenal dengan Wulan, hati Selena diliputi perasaan sedih yang mendalam.

Dia mundur dua langkah dan Harvey dengan cepat menopang pinggangnya.

Wajah Selena tampak pucat pasi dan mengkhawatirkan.

Harvey langsung menggendongnya. “Sudah kubilang jangan ikut campur masalah seperti ini. Lihat, sekarang mukamu pucat sekali. Ini sudah terlalu malam, kamu harus istirahat.” Selena digendong pulang oleh Harvey layaknya boneka beruang.

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

Di tengah malam yang sunyi, suara ombak yang menghantam karang terdengar jelas. Mata Selena bergerak pelan.

Dia menggenggam tangan Harvey erat-erat, raut wajahnya diliputi rasa bersalah. “Coba saja aku diculik lebih awal mungkin aku bisa menyelamatkannya. Dia nggak bakal meninggal begini.” “Kamu ini bicara apa, sih? Waktu itu kamu sendiri kan hampir mati, mana bisa kamu menyelamatkan orang lain? Lupain aja, Seli. Urusan ini nggak ada hubungannya sama kamu. Setiap orang punya takdirnya sendiri.” Selena mengibaratkan dengan jari-jarinya. “Ya, tapi dia masih sangat muda, cantik, dan keluarganya baik.

Kenapa Dewa nggak kasih dia kesempatan? Sean bilang, adiknya itu suka dandan. Kalau rohnya di surga tahu bahwa dia mati dengan badan terrendam air sampai rupanya jadi seram dan jadi makanan ikan, dia pasti sedih sekali. Dia pasti menyesal belum sempat mengucapkan selamat tinggal sama keluarganya.” Selena tidak dapat mengendalikan emosinya saat berbicara, dia pun mulai menangis. Harvey menyadari emosi istrinya itu masih kacau, dia pun segera memeluk Selena erat.

+15 BONUS Bab 524 Harvey secara khusus berkonsultasi dengan dokter, dia jadi tahu bahwa emosi seorang wanita bisa sangat tidak stabil selama kehamilan.

Dia tahu Selena masih dendam padanya, jadi dia menahan diri untuk tidak muncul di depan Selena selama beberapa bulan terakhir. Hal ini semata-mata hanya agar Selena bisa fokus untuk merawat kandungannya Peristiwa mayat wanita hari ini menyentuh hati Selena yang rapuh sehingga air matanya tak henti- hentinya mengalir.

Seakan merasakan kesedihan sang ibu, janinnya mulai bergerak-gerak dengan gelisah di dalam perutnya.

Selena buru-buru menghentikan tangisannya, sementara Harvey menyeka air matanya dengan lembut menggunakan handuk hangat dan mencoba menenangkannya. “Dia cuma orang asing yang nggak kamu kenal kematiannya bukan salahmu. Kamu nggak perlu sedih. Kalau dia tahu apa yang terjadi, dia pasti bakalan berterima kasih sama kamu. Kamu sudah membawanya pergi dari tempat itu dan membantunya bertemu kembali sama keluarganya.” Selena menghela napas dengan sedih. “Mungkin karena kami sama-sama mempunyai nama keluarga Bennett.

Makanya pas aku tahu kalau dia adiknya Tuan Sean, rasanya seperti kehilangan anggota keluarga sendiri.” Selena merasa konyol saat mengatakannya. Dia menggelengkan kepalanya dengan putus asa.

ngkin akunya saja yang terlalu sensitif. Aku nggak apa-apa, kok. Aku bakalan jaga diri baik-baik.” Dengan mata berkaca-kaca, dia menatap Harvey. “Tuan Sean benar-benar membantuku waktu itu. Dia lebih tua dariku dan bagiku dia sudah seperti kakak. Nggak ada hubungan gelap antara aku sama dia.” Harvey mengerucutkan bibirnya yang tipis, matanya menatap Selena dengan serius. “Aku tahu.” Sepertinya kesalahpahaman sebelumnya mengenai adanya anak antara keduanya meninggalkan luka mendalam bagi Selena.

“Sudah larut malam, kamu tidur duluan sana.” Setelah selesai berbicara. Harvey berbalik dan meninggalkan ruangan. Bunga kamboja dan bunga kertas halaman sedang bermekaran indah, Harvey memandangnya sambil terus mengisap rokok.

Wajah tampannya penuh dengan keraguan. Posisinya saat ini sama seperti dulu, berhati-hati dan penuh kekhawatiran.

Dia ingin mendekati Selena, tetapi takut melukainya lagi. Oleh sebab itu, yang bisa dilakukannya hanyalah menjaga jarak seperti ini, mengawasi Selena dari jauh tanpa bisa berbuat apa pun untuknya.