We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat

Bab 624
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 624 Pemungutan suara belum dimulai, tetapi sudah terjadi ketegangan antara dua orang. Para pejabat tinggi di sekitar seperti telah membagi diri menjadi dua kubu dan berdiri di barisan masing-masing.

William adalah anak haram, tetapi dia dicintai Naufan. Setelah perceraian, dia dianggap sebagai tuan muda kedua Keluarga William yang sah.

Sayangnya, Kakek tidak mau mengakui cucunya ini, bahkan tidak menginginkan putranya lagi sampai ke titik yang kejam dengan menghapus nama Naufan dari silsilah keluarga.

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

Ini termasuk urusan keluarga William yang tidak nyaman bagi semua orang untuk ikut campur, tetapi sekarang ini berkaitan dengan masa depan Grup Irwin. Persaingan takhta antara anak haram dan anak sah, semua orang menjauh, takut pertempuran ini akan memengaruhi mereka.

Siapa pun tidak akan menyangka bahwa menunjukkan kasih sayang akan berujung pada situasi seperti sekarang ini.

Grup Irwin yang berkuasa sedang diserang dari segala arah, mungkin saja mereka akan menjadi saksi sejarah.

Ini adalah perselisihan takhta antara Putra Mahkota dan Putra Mahkota Kedua. Semua orang diam dengan bijaksana, bahkan tidak berani bernapas keras.

Dewa bertarung, bisa merugikan pihak manusia biasa! Harvey y yang bertindak lebih dulu, sementara William tampak lembut, aura di tubuhnya tidak berkurang sedikit pun.

William dengan tenang berucap. “Posisi ini akan segera menjadi milikku. Aku mau merasakannya lebih dulu, kamu nggak keberatan, ‘kan, Kakak?” “Mau pergi sendiri atau aku bantu, pilih yang mana?” ucap Harvey memberikan isyarat kepada Nolan.

Nolan menggenggam tulang jati dengan keras, terlihat seperti orang yang kesulitan.

Pada saat ini William berdiri, “Oke, lagian saat ini aku nggak buru-buru.” Dia duduk di sebelah kanan Harvey, sedangkan Harvey mengerutkan kening seperti tidak ingin duduk.

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

begitu dekat dengannya.

Orang lain juga duduk satu per satu, sementara William hanya bermain-main dengan air mineral di depannya, dengan ekspresi yang penuh kesombongan di sudut mata dan alisnya.

Dia menurunkan suaranya, “Kakak, aku berani duduk di sini hari ini karena aku tahu kartu tersembunyimu, tapi kamu mungkin nggak tahu kartu tersembunyiku.” Begitu ucapan ini terlontar, Harvey merasa tidak tenang, apakah ada perubahan dalam situasi? William melanjutkan, “Kartu truf terbesarmu adalah saham yang ditinggalkan oleh kakek untukmu. Tapi, Kakak, kebodohanmu adalah membagi saham kepada orang lain untuk menjaga kedamaian permukaan Grup Irwin.

Tapi, yang paling mudah berubah di dunia ini adalah hati, kamu pikir memang sesuai yang kamu pikirkan?” “Kayaknya kamu sudah pasti akan mendapatkannya?” “Kakak, masih ingat kata-kataku waktu kecil? Aku bilang aku akan merebut segalanya yang menjadi milikmu.

Untuk mencapai tujuan ini, aku sudah menghabiskan banyak energi. Cuma kamu, orang yang disukai oleh siapa pun, bisa menjadi pewaris Grup Irwin? Baik secara emosional maupun rasional, seharusnya aku yang pantas.

Tapi si tua ini keras kepala. Karena dia nggak mau memberikannya padaku, maka aku akan mengambilnya sendiri. Kamu pikir kamu punya 45% saham yang cukup?” Harvey terkejut, orang ini jauh lebih mendalam daripada yang dia perkirakan.

“Sepertinya tebakanku benar. Karena kamu tahu kalau aku sedang membeli saham Grup Irwin secara diam- diam, kamu pikir aku nggak tahu kalau kamu tahu? Yang kamu andalkan adalah kepercayaan dari orang kepercayaan Kakek, aku bisa kasih tahu kamu kalau kamu kalah dalam permainan ini.” Pandangan Harvey jatuh pada salah satu wajah, pandangan orang itu terlihat ragu-ragu dan tampak malu, “Maaf Tuan Harvey, aku, aku punya kesulitan...” “Eh, Kak. Lebih baik ako yang kasih kamu pelajaran, tentang bagaimana cara menipu untuk membingungkan musuh.” William tampak sangat bangga, seolah-olah dia sudah pasti pemenangnya.

“Mulailah.” Pintu besar yang tertutup, kini terbuka. Selena berdiri di pintu, lalu dengan lembut memandang Harvey.” Aku nggak datang terlambat, ‘kan?”