Bab 1684
Saat Daniel tidak ada, Tracy selalu bagai kesatria wanita yang berani, kuat dan mandiri saat menghadapi
berbagai masalah...
Selamanya tidak pernah kalah!
Namun, saat ini, saat dia bertemu suaminya, dia langsung berubah menjadi wanita lemah yang hanya ingin
bersandar dan bermanja dalam pelukan suaminya...
Mungkin, seperti inilah cinta itu.
“Kamu sudah bekerja keras.” Daniel menghibur Tracy dengan suara lembut, “Sekarang aku yang akan memikul
beban ini, kelak kamu tidak perlu memedulikan apa pun, rawatlah tubuhmu dengan baik, jadilah gemuk dan
sehat, lalu lahirkan beberapa anak lagi untukku....”
“Hmph!” Tracy tertawa, “Masih melahirkan? Sudah ada enam anak di rumah, jika melahirkan lagi, apa ingin
membentuk tim sepak bola...”
“Hahaha, bukankah itu lumanyan bagus?”
“Aku tidak mau, jika mau, kamu lahirkan sendiri saja.”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
“Boleh juga, aku akan mencari tahu apakah ada teknologi baru yang bisa membuat pria melahirkan anak.”
“Hehe, jika begitu, kita lahirkan beberapa lagi...”
“Jika begitu, kamu juga harus berusaha untuk membuatku hamil.”
“Hmph, kamu...”
Saat mereka sedang bercanda dan bermesraan di dalam kamar rawat, Naomi dan Ryan yang ada di luar saling
bertatapan penuh syukur dan haru.
Mereka telah menunggu hari ini begitu lama, akhirnya hari ini tiba juga.
“Biar aku saja yang berjaga, kalian pergi istirahat saja.” ujar Hattono pada Naomi dengan suara rendah.
“Merepotkanmu.” Setelah berterima kasih, Naomi mendorong Ryan kembali ke kamar rawat, “Ini seharusnya
sudah berakhir, ‘kan?”
“Masih ada beberapa hal yang harus diselesaikan.” ujar Ryan menganalisis, “Kondisi Tuan Daniel masih sedikit
lemah, sepertinya masih membutuhkan beberapa waktu untuk melakukan pengobatan, tapi I. belum tentu akan
membiarkan Tabib Dewa untuk tinggal.”
“Tuan tidak pernah begitu perhatian pada suatu hal, di saat kritis seperti kali ini, dia bahkan sengaja datang ke
Kota Bunaken untuk mencari Tabib Dewa, bisa dilihat dia sangat memedulikan Tabih Dewa. Selain itu, kudengar
sepertinya dia terluka, ini poin pentingnya...”
Saat mengatakan ini, Naomi mengernyitkan alisnya, “Jika benar seperti ini, maka ini benar- benar sulit.”
“Ya, hal lainnya bisa diselesaikan dengan mudah, hanya hal ini saja yang sulit.”
Ryan menghela napas.
“Mungkin saja Nona Tracy bisa mengatasinya, benar?” Naomi sedikit berharap, “Aku bisa melihat Tuan sangat
memedulikan Nona, hari ini bahkan sengaja datang untuk menyelamatkannya.”
“Ini hal yang sangat penting, takutnya saudara juga tidak bisa ikut campur.” Ryan tidak yakin, “Lagi pula, dia
sendiri juga terluka dan membutuhkan pengobatan dari Tabib Dewa, Nona Tracy akan merasa sungkan untuk
menolaknya.”
“Hal ini...” Ekspresi Naomi makin serius, “Lalu, harus bagaimana?”
“Menurutku, pemulihan Tuan Daniel sudah cukup baik, kita harus melihat metode pengobatan Tabib Dewa
selanjutnya, apakah bisa dilanjutkan oleh Amanda dan Dixon, seperti Tabib Hansen dulu, hanya perlu
mengakupuntur dan merebus obat setiap hari...”
“Ini adalah salah satu cara.”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
“Namun, menurutku ini juga sulit.” Ekspresi Ryan terlihat muram, “Tadi Hartono baru memberitahuku, Tabib
Dewa sudah mencari Tuan Daniel dan meminta Tuan Daniel membantunya menjemput anaknya kembali...”
“Hah? Bagaimana mungkin?” Naomi juga merasa ini tidak masuk akal, “Mereka adalah anak- anak Tuan,
bagaimana mungkin Tuan Daniel merebut mereka dari tangan Tuan? Bukan hanya tidak mungkin, poinnya
adalah ini tidak masuk akal.”
“Ya, karena itulah ini menjadi sulit.”
Kedua orang itu berdiskusi dengan suara kecil. Di kamar rawat, Daniel merangkul Tracy dengan lembut dan
menidurkannya dengan tenang...
“Tidurlah sebentar lagi, kamu masih lelah.”
“Apa Carlos sudah kembali?” Tracy masih mencemaskan anaknya.
“Kamu akan segera bertemu dengannya.” Daniel tidak ingin dia mencemaskan hal ini.
“Kakak menahan Carlos, ya?” Tracy langsung bisa menebaknya, “Ingin menukar Carlos dengan
Tabib Dewa?”
“Hm.”
“Apa kakak juga membawa pergi Tini, Wini dan Biti?” Tracy terus menebak, “Tabib Dewa memintamu menjemput
anak-anak kembali, dengan ancaman tidak akan mengobatimu, tebakanku benar, ‘kan?”