Bab 1855
Dewi tercengang, ia terpana menatap keluar jendela, apa yang terjadi?
“Nona Wiwi, orang yang sebelumnya menembak dan melukaimu, baru saja sudah dibereskan.” Jasper melapor
dengan hormat, “Apa anda mau melihatnya?”
“Ah... Tidak perlu.”
Dewi menggeleng-gelengkan kepala.
“Anda tidak perlu khawatir.” Jasper menjelaskan sambil tersenyum, “Ini adalah Emron, para bangsawan secara
legal boleh memiliki senjata, membunuh orang itu legal
Dewi mendongak menatap Jasper, tampaknya perkataan pria ini mengandung berjuta makna.
Ja seolah sedang mengingatkannya, jika ia tidak sengaja membuat Lorenzo marah, ia mungkin
tidak akan bisa meninggalkan tempat ini secara hidup-hidup
“Jangan takut.” Lorenzo menatapnya dengan lembut, “Aku tidak akan membiarkan siapapun
menyakitimu!”
WO fce Hines”
Dewi ingin mengatakan, ia tidak sengaja menghadang peluru untuk melindunginya, ia hanya sial karena ada
sesuatu di kakinya dan tidak sengaja ia jatuh ke dalam pelukannya, benar-benar
hanya kebetulan.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Namun setelah dipikir-pikir, menyelamatkan nyawa memang lebih penting
Orang pintar tidak akan membuang kesempatan yang menguntungkan untuk menghindari penderitaan, ia harus
menyembuhkan lukanya terlebih dahulu, baru mencari kesempatan untuk
melarikan diri dari sini...
“Rawat lukamu dengan baik.”
Lorenzo mengingatkannya, lalu berbalik dan pergi.
Dewi menatap punggungnya, ia kehilangan kata-kata, pria ini tampaknya tinggi dan besar.
la benar-benar mengira Dewi sengaja melompat ke arahnya untuk menghalangi tembakan demi
dia???
Pria ini terlalu percaya diri.
“Nona Wiwi, Anda tampaknya tidak asing, apa kita pernah bertemu sebelumnya?”
Jasper menatap Dewi, ia selalu memiliki rasa familiar yang tidak dapat dijelaskan terhadapnya, namun sekarang
ia tidak dapat mengingat dimana ia pernah bertemu dengannya.
“Tidak, aku tidak pernah bertemu denganmu.”
Dewi langsung membantahnya, jika Lorenzo tahu ia adalah Tabib Dewi, apa dia akan mengira Dewi sedang
mempermainkannya?
Selain itu, jika ia tahu identitas Dewi yang sebenarnya, maka Dewi benar-benar tidak bisa lari lagi nantinya....
“Oke.”
Jasper tidak berani banyak bertanya, bahkan ia tidak berani menatapnya terlalu sering, ia secepatnya
menundukkan kepala dan berjalan keluar.
Dewi berbaring di atas kasur dan berpikir liar, sebelumnya saat ia tidak mengenakan masker, ia berpura-pura
menjadi seorang penari dan terus mengenakan rambut palsu, namun kini ia tidak mengenakan riasan ataupun
rambut palsu, wajahnya sedikit banyak mirip dengan Tabib Dewi yang dulu
Tidak, kini Jasper sudah mulai curiga.
Bahkan jika kini Lorenzo sedang tergila-gila dengan cinta, tidak memikirkan ke arah sana, namun cepat atau
lambat ia juga akan tahu....
Jadi, la harus secepatnya meninggalkan tempat ini.
Untungnya, beberapa hari kedepan Lorenzo tampaknya akan sangat sibuk, Dewi akan jarang bertemu
dengannya, la dapat merawat lukanya dengan tenang.
Semua pelayan wanita dan pengawal disini sangat menghormatinya, seolah sudah
Dewi juga malas untuk memberikan terlalu banyak penjelasan, ia hanya berharap lukanya bisa secepatnya pulih,
lalu memikirkan cara untuk meninggalkan tempat ini.
Lima hari telah berlalu dalam sekejap mata, Iuka akibat tembakan Dewi sudah jauh membaik, ia kini sudah
dapat bergerak bebas, hari ini, ia meminta sebuah ponsel dari pelayan wanita dan
menelepon Brandon...
“Halo!”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
“Ini aku!”
‘Astaga, kamu baik-baik saja, ‘kan? Kamu membuatku takut.”
Brandon begitu berlebihan.
Masih belum mati.” Dewi berkata dengan dingin, “Bagaimana? Apa brankasnya sudah terbuka? Apa masalah di
panti asuhan sudah diselesaikan?”
“Sudah, aku sudah mengeluarkan beberapa barang untuk dilelang, uangnya sudah aku kumpulkan, kini Bibi
Lauren dan Paman Joshua sedang mengutus masalah panti asuhan, tapi aku merasa ada masalah dengan
yayasan, tunggu sampai kamu kembali, aku akan
menceritakan detailnya..
“Yayasan pasti akan mengambil uangku, bahkan ada kemungkinan mereka sengaja membuat masalah untuk
mencairkan dana. Periksa secara diam-diam mengenai perkara ini, tunggu
sampai aku kembali, kita bereskan.”
“Ternyata kamu sudah tahu....”
“Omong kosong! Kamu kira aku bodoh?”
“Sekarang kamu dimana? Kapan kembali?”
“Lihat kondisi ... Aku tutup teleponnya dulul”
“Tunggu.” Brandon memanggilnya dengan cepat, “Ada hal yang harus aku laporkan padamu,
tentang Keluarga Moore.”