We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Bab 1928
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Tiga Harta: Ayah Misterius...

Bab 1928

“Katakan saja.” Dewi menoleh menatapnya.

“Kenapa kamu tidak mengenaliku?” Lorenzo langsung bertanya, “Saat di Maple, kamu jelas-jelas tahu aku terus

mencarimu, kamu malah menyembunyikan identitasmu....”

“Saat ini kepalaku terluka dan aku hilang ingatan.” Dewi langsung berkata apa adanya, “Aku tidak yakin, aku

adalah orang yang kamu cari.”

“Kamu tidak ingat, kenapa terus menginginkan kalung itu?” Lorenzo mencecarnya.

“Ini...” Dewi tidak ingin memberitahukannya bahwa kalung itu adalah kunci brankasnya, ia

hanya bisa menghindar dan berkata, “Kalung itu sangat penting bagiku.”

Lorenzo diam-diam merasa senang di dalam hatinya setelah mendengar perkataan ini, ia begitu peduli dengan

kalung itu, artinya ia memedulikannya ....

“Apa masih ada lagi?” Dewi balik bertanya.

“Ketika di Snowy, kenapa kamu menyembunyikan identitas Tabib Dewa?” Lorenzo lanjut bertanya.

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

“Aku takut kamu menganggapku membohongimu saat di Maple sebelumnya, aku tidak berani mengatakannya,

apalagi ....”

Dewi berhenti, ia mengatakan perkataan yang kejam, “Aku tidak mungkin menikah denganmu, cepat atau

lambat aku akan menyelinap pergi, jika aku membiarkanmu tahu identitasku yang sebenarnya, tidak akan ada

habisnya nanti.”

“Kenapa tidak ingin menikah denganku?” Lorenzo tidak mengerti, “Apa kamu tahu berapa banyak wanita di

dunia ini yang ingin menikah denganku ...."”

“Kalau begitu, menikah saja dengan wanita-wanita itu.” Dewi berkata, “Aku tidak cocok denganmu.”

“Kenapa?” Lorenzo sedikit panik, “Aku adalah cinta pertamamu dan kamu adalah cinta pertamaku, orang yang

kita sukai pertama kali, kini kita bertemu lagi di negara asing ini, ini adalah takdir, kenapa tidak cocok?”

“Hal ini sudah kita bahas berkali-kali.” Dewi sedikit kehilangan kesabaran, “Aku tidak ingin menikah, carilah

orang lain.”

“Tidak apa-apa, jika kamu tidak ingin menikah sekarang, kamu boleh memikirkannya nanti.” Lorenzo tidak

menyerah, “Sembuhkan dulu penyakitmu sekarang, masalah lain kita bicarakan nanti.”

“Aku...”

Dewi hendak mengatakan sesuatu, tepat pada saat ini, terdengar suara dari luar, sebuah laporan yang penuh

hormat, “Tuan, camilan malam sudah tiba!”

“Masuk.”

Lorenzo merespon.

Dua pengawal membuka pintu dengan pelan, diikuti oleh koki dan beberapa pelayan, mendorong dua kereta

makan.

Mereka memberi hormat pada Lorenzo terlebih dahulu, lalu menyajikan makanan-makanan mewah di atas meja.

Butuh waktu setengah jam untuk menyelesaikannya, meja makan persegi panjang yang besar itu kini telah terisi

penuh oleh makanan-makanan lezat.

Dewi melihat makanan di atas meja dan ia tercengang.....

la hanya ingin makan sesuap dua suap untuk mengisi perutnya, tapi apa yang Lorenzo pikirkan, ia menyiapkan

makanan begitu banyak???

Lorenzo menginstruksikan orang-orang itu untuk keluar.

“Kamu mau makan yang mana dulu? Aku akan menyuapimu.” Lorenzo menunjuk ke makanan- makanan di atas

meja.

Dewi melirik makanan itu sepintas, ia menghela napas dalam, begitu banyak makanan lezat, ada makanan laut

dan daging-daging, namun tidak ada satupun yang ia bisa makan.

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

“Aku ingat mereka bilang kamu harus makan bubur?” Lorenzo mencari-cari, ia mengambil sebuah mangkuk

bubur seafood, “Bubur boleh, ‘kan?”

Dewi kehilangan kata-kata, ia kini terluka, sama sekali tidak boleh makan makanan laut apapun, pengetahuan

umum seperti ini saja ia tidak tahu.

“Kalau begitu, steak?” Lorenzo mengambil mangkuk lainnya.

“Tidak usah.” Dewi memejamkan matanya dan berbaring, “Bawa keluar, berikan pada pengawal- pengawal saja,

aku lelah, ingin tidur.”

“Bukannya barusan kamu bilang lapar?”

Lorenzo sedikit kehilangan kesabaran, wanita benar-benar sangat merepotkan, sebentar bilang begini, sebentar

bilang begitu, namun ia masih sabar membiarkan orang-orang membawa pergi makanan-makanan itu.

1

8

Setelah semuanya rapi, ia mencuci tangannya, lalu langsung berbaring di sebelah Dewi ....

“Hei, apa yang kamu lakukan?”

Jika bukan karena Iluka di tubuhnya dan tidak bisa bergerak, Dewi sudah lompat turun dari ranjang.