We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Bab 1929
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Tiga Harta: Ayah Misterius...

Bab 1929

“Istirahat.”

Lorenzo berkata dengan penuh kepercayaan diri, ia berbaring miring di sampingnya, menyandarkan kepalanya

di siku, menatapnya dengan lembut.

“Dulu saat aku sakit, kamu juga naik ke ranjangku dan menemaniku seperti ini...."”

“Saat itu aku ingin mengambil kembali kalungku.” Dewi menatapnya dengan hati-hati, “Sepertinya kamu salah

paham?”

“Tidak....” Lorenzo mendekatinya perlahan, “Kamu menciumku.”

“Aku...”

Dewi hendak mengatakan sesuatu, bibir dingin Lorenzo mengecup dahinya ....

Sebuah ciuman yang hangat dan lembut, seperti tetesan air hujan menghujani alisnya, matanya, pipinya, dan

pada akhirnya mendarat di atas bibirnya ....

Dewi membeku, detak jantungnya tiba-tiba berdetak tidak karuan, pikirannya kosong....

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

Namun, entah kenapa, ia tidak ingin mendorongnya pergi.

Apakah karena terluka, tangannya tidak bisa digerakkan?

“Coba lihat, kamu menyukaiku.”

Dewi ingat dengan jelas, sebuah buku mengatakan, jika seorang gadis tidak menolak seorang pria

mendekatinya, gadis itu pasti menyukai pria itu.

Tindakan seorang wanita adalah yang paling jujur

“Lorenzo... Uh...”

Tepat ketika Dewi hendak berbicara, Lorenzo mencium bibirnya, ciuman penuh kasih sayang dan panas,

menyapunya seperti sebuah bola api, membuatnya tidak bisa bernapas....

Jantungnya berdegup sangat kencang, tubuhnya tegang seperti sebuah tali senar, matanya terbelalak menatap

Lorenzo heran.

Dewi merasakan reaksi pada tubuh Lorenzo, ia hendak mendorongnya menjauh, namun, ia tidak bisa

menggerakkan tubuhnya!!!

Satu tangannya ditindih oleh tubuh Lorenzo, satu tangan lainnya tertusuk jarum infus, sangat sakit, ia hanya

bisa menyenderkan tangan itu di atas bahu Lorenzo dengan tidak berdaya, ia sama

1/3

sekali tidak memiliki tenaga

Namun, di mata Lorenzo, semua ini adalah tindakan rasa suka, rasa tidak dapat mengendalikan diri sendiri

karena suka, curahan perasaan yang sebenarnya ...

Ciuman Lorenzo semakin lama semakin penuh gairah, panas darah di dalam tubuh mendidih, ada semacam

insting yang perlahan-lahan mendorongnya, membuatnya tidak dapat menahan dirinya untuk menekan Dewi

masuk ke dalam pelukannya, seolah melebur menjadi satu dengannya....

la sudah berusaha sekuat tenaga untuk berhati-hati, namun ia tidak sengaja mengenai luka Dewi.

Wee Woe”

Dewi kesakitan hingga sekujur tubuhnya gemetar, ia hampir mengeluarkan air mata.

Lorenzo langsung melepaskannya, ia mundur ke samping dengan gugup, ia tidak tahu harus bagaimana dan

memanggil dokter.

“Tidak usah.” Dewi langsung menghalanginya, “Hanya mengenai jarum infus, bukan masalah

besar.”

Lorenzo baru menyadari, jarum infus di tangannya menusuknya semakin dalam, merobek kulitnya dan

mengeluarkan banyak darah, ia secepatnya memanggil perawat untuk mengobati lukanya....

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

Perawat itu mengeluarkan jarum infus itu, mengobati lukanya, lalu perlahan-lahan berjalan mundur.

Kali ini, Lorenzo tidak berani tidur lagi di atas ranjang, ia duduk di sofa samping ranjang dan menatap Dewi

dengan hati-hati.

Setelah sekian lama, ia baru berkata dengan lembut, “Aku tidak sengaja.”

“Bajingan!” Dewi memelototinya dengan marah, “Jangan sentuh aku mulai sekarang!”

“Kenapa?” Lorenzo berkata tanpa berpikir, “Aku pikir kamu barusan juga menyukainya...."

“Tidak.” Dewi membalasnya dengan marah, “Aku tidak bereaksi sama sekali....*

“Tapi, kamu tidak mendorongku.” Lorenzo mengerutkan bibirnya, mengenang ciuman tadi, wajahnya sedikit

memerah, “Kamu jelas sangat menyukainya....”

“Tidak, aku tidak menyukainya.” Dewi membalasnya dengan keras, “Karena aku terluka, aku tidak bisa

mendorongmu ...."

“Aku tidak percaya.” Lorenzo langsung memotong perkataannya, “Pokoknya kamu suka!”

“...” Dewi kehilangan kata-kata.

“Sebelumnya saat di kolam air panas San Francisco, kamu juga berinisiatif menciumku, itu adalah ciuman

pertamaku, kamu menyuapi aku obat dan naik ke atas ranjangku ....”

Lorenzo mengingat-ingat semua inisiatif dan antusiayang telah ditunjukkan Dewi kepadanya, semakin ia

berbicara, ia semakin senang, semakin ia berbicara, ia makin penuh kepercayaan diri, “Kamu jelas-jelas

menyukaiku, masih tidak mengaku!”