We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Bab 1934
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 1934

“Berjaga di pintu.” Bibi Lauren memerintahkan dengan suara kecil.

“Baik.” Kelly menjadi penurut, ia berjalan pelan ke samping pintu, berjaga di pintu seperti sebuah

patung.

Bibi Lauren segera membuka jendela, hembusan angin masuk, ini adalah lantai 7, masih beruntung....

la menekan jam tangan pintar di tangannya, sebuah suara yang tidak asing langsung terdengar,

“Bibi Lauren!”

“Bergerak sekarang!”

“Segera!”

Selesai melapor, Bibi Lauren berjalan menghampiri Dewi dengan cepat, dengan terampil melepaskan infus dari

tangan Dewi, mengenakannya jaket, lalu membopongnya dan berjalan sampai ke jendela, “Apa kamu bisa

melakukannya?”

“lya!” Dewi memegangi ambang jendela dengan sekuat tenaga, Bibi Lauren menurunkan tali, Dewi memegang

tali itu dan bersiap turun....

Pada saat bersamaan, terdengar suara ketukan pintu dari luar, “Tok tok tok!”

Dewi tertegun sejenak, tanpa sadar ia menoleh.

“Nona Dewi!” ternyata suara Jasper, “Tuan memintaku untuk menjemput Anda pulang, kita akan berangkat satu

jam lagi, ok?”

“Pulang???” Dewi tidak punya pilihan selain menjawabnya terlebih dahulu, “Aku belum sembuh, langsung pulang

ke kastil?”

Jika ker

kastil, akan sangat sulit untuk kabur keluar.

“Tuan bilang Anda tidak nyaman tinggal di rumah sakit, ia meminta orang untuk membuatkan ruang perawatan

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

di kastil, Dokter Heidy akan membawa tim medis lainnya pindah ke kastil juga

nanti...."”

Jasper memberikan penjelasan dengan sopan melalui pintu.

Setelah mendengar perkataan ini, Dewi merasa sedikit gelisah, ternyata Lorenzo telah menyiapkan segala

sesuatunya demi dia ....

Jika sekarang ia pergi seperti ini, Lorenzo pasti akan sangat marah, ‘kan?

Bab 1934

“Berjaga di pintu.” Bibi Lauren memerintahkan dengan suara kecil.

“Baik.” Kelly menjadi penurut, ia berjalan pelan ke samping pintu, berjaga di pintu seperti sebuah patung.

Bibi Lauren segera membuka jendela, hembusan angin masuk, ini adalah lantai 7, masih beruntung....

la menekan jam tangan pintar di tangannya, sebuah suara yang tidak asing langsung terdengar, “Bibi Lauren!”

“Bergerak sekarang!”

“Segera!”

Selesai melapor, Bibi Lauren berjalan menghampiri Dewi dengan cepat, dengan terampil melepaskan infus dari

tangan Dewi, mengenakannya jaket, lalu membopongnya dan berjalan sampai ke jendela, “Apa kamu bisa

melakukannya?”

“lya!” Dewi memegangi ambang jendela dengan sekuat tenaga, Bibi Lauren menurunkan tali, Dewi memegang

tali itu dan bersiap turun....

Pada saat bersamaan, terdengar suara ketukan pintu dari luar, “Tok tok tok!”

Dewi tertegun sejenak, tanpa sadar ia menoleh.

“Nona Dewi!” ternyata suara Jasper, “Tuan memintaku untuk menjemput Anda pulang, kita akan berangkat satu

jam lagi, ok?”

“Pulang???” Dewi tidak punya pilihan selain menjawabnya terlebih dahulu, “Aku belum sembuh, langsung pulang

ke kastil?”

Jika ke

kastil, akan sangat sulit untuk kabur keluar.

“Tuan bilang Anda tidak nyaman tinggal di rumah sakit, ia meminta orang untuk membuatkan ruang perawatan

di kastil, Dokter Heidy akan membawa tim medis lainnya pindah ke kastil juga nanti....

Jasper memberikan penjelasan dengan sopan melalui pintu.

Setelah mendengar perkataan ini, Dewi merasa sedikit gelisah, ternyata Lorenzo telah menyiapkan segala

sesuatunya demi dia ....

Jika sekarang ia pergi seperti ini, Lorenzo pasti akan sangat marah, ‘kan?

7.12

“Jika Anda ingin berangkat siangan juga boleh, semua sesuai dengan keinginan Anda.”

Jasper menambahkan.

Tiba-tiba Dewi mulai sedikit ragu, ia tidak keras hati seperti sebelumnya.

Bibi Lauren melihatnya yang seperti itu, ia berkata dengan suara kecil. “Bagaimana jika kamu pikirkan lagi? Aku

lihat dia sangat peduli padamu.”

“Semakin ia peduli, semakin aku harus menjauh.”

Dewi mengambil keputusan dengan cepat, ia menggenggam erat tali itu, ia memutuskan untuk turun ke

bawah....

Saat ini, jam tangan pintar Bibi Lauren tiba-tiba berdering, ia langsung mengangkatnya, Brandon di seberang

telepon berteriak dengan panik. “Gawat, Bibi Lauren, aku di ...”

la belum selesai bicara, terdengar bunyi “Beep” pada jam tangan.

Komunikasi terputus.

Bibi Lauren tahu ada yang tidak beres, ia langsung menyeret Dewi kembali.

Dewi kembali berdiri di posisi semula, ia belum berdiri dengan stabil dan berkata, “Cepat singkirkan jam tangan

itu, cepat!”

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

Bibi Lauren merespon dengan cepat, ia langsung membuang jam tangan pintar itu ke dalam kloset dan

menyiramnya.....

Pada saat bersamaan, terdengar ketukan dari luar pintu, “Nona Dewi, aku akan masuk!!!”

Dalam sekejap, Jasper masuk dengan mendobrak pintu....

Kelly terdorong hingga ia jatuh ke atas lantai, ia memegangi dahinya dengan sakit.

Dewi mei

tempat tid

ndela dengan kecepatan tercepat yang ia bisa, berbaring meringkuk di atas engan kesakitan dan berpura-pura

seperti tidak terjadi apapun....

Mata Jasper dengan cepat menyapu Dewi, ia mengenakan jaket, Jasper menyipitkan matanya, ia lalu menatap ke

arah jendela dan Kelly yang terjatuh di atas lantai, sampai pada akhirnya pandangan matanya tertuju pada

kamar mandi.

Ada suara di dalam kamar mandi .....

la menyipitkan mata dengan dingin, lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi dengan langkah- langkah

besar....

Tepat pada saat bersamaan, Bibi Lauren yang menyamar sebagai perawat keluar dari kamar

mandi dengan sapu di tangannya, wajahnya sangat tenang, ia berkata dengan Bahasa Emron yang lancar,

“Semuanya sudah dibersihkan!”

“Siapa kamu?” Jasper menatapnya dengan waspada.

“Aku adalah perawat yang baru.” jawab Bibi Lauren.

“Perawat?” Tatapan mata Jasper penuh dengan keraguan.

“Ke... kenapa?” Bibi Lauren tampak gugup, “Apa aku telah melakukan kesalahan?”

“Tidak, aku hanya khawatir dengan keselamatan Nona Dewi.” Jasper menjawab dengan sopan, ia lalu menoleh

menatap Kelly, “Kamu dari tadi di kamar?”

“Betul.” Kelly kembali normal.