We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Bab 2203
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 2203 Sangat Bahagia Dan Manis

Dewi mendongak melihat gedung besar ini. Dia sangat terkejut, “Seluruh gedung ini punyaku?”

“Gedung ini adalah ruang kerja Nona.” Sonny berkata sambil tersenyum, “Ada 7 lantai. Kami khusus

membuatnya berdasarkan gaya klinik tradisional. Coba Nona lihat.”

Dengan perasaan senang. Dewi melangkah masuk ke dalam. Semua interior di dalamnya bergaya oriental,

menggunakan kayu kuno berkualitas tinggi. Seluruh gaya interiornya seperti klinik tradisional yang autentik.

“Ini benar-benar sangat cantik!” Dewi luar biasa senang. “Ini adalah ruang kerja impianku.”

Sejak awal, dia sangat ingin punya ruang kerja seperti ini. Di dalamnya, dipajang berbagai macam obat-obatan

herbal, juga buku-buku medisnya yang berharga.

Saat di Swedoland, meski dia juga punya ruang kerja, tapi itu cuma satu kamar kecil, hanya bisa memuat

beberapa bahan-bahan obat yang umum dipakai. Beberapa lemari kayu sudah terisi penuh. Dia juga tidak suka

beres-beres, maka selalu terlihat berantakan.

Namun, di sini begitu besar, semuanya miliknya.

Dia bisa menyimpan semua bahan-bahan obat herbalnya, juga bisa membuat beberapa ruang penelitian.

Astaga!

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

Dewi sangat terharu sampai ingin menangis. Dia tidak pernah mengatakan hal ini. Kenapa Lorenzo bisa tahu

keinginannya?

“Nona Dewi, apa Nona suka?” Sonny bertanya dengan penuh pengharapan, “Apa ada yang perlu kami ubah?”

“Sangat suka, benar-benar suka.” Suara Dewi sedikit tercekat, “Tidak perlu ubah apa pun. Sekarang hanya

butuh satu hal.”

“Bahan-bahan obat herbal?” Jeff bertanya sambil tertawa, “Aku sudah menyuruh orang menyiapkannya.

Seharusnya dua hari lagi akan dikirim dari Negara Nusantara. Tentang semua barang yang bisa dibeli di kota ini,

sudah disiapkan masing-masing satu untuk Nona. Kalau ada yang tidak terbeli, Nona berikan daftarnya saja. Aku

akan menyuruh orang untuk mencarinya.”

“Kalian bekerja sangat menyeluruh.”

Dewi mengelus-elus lemari dan meja, merasa sangat terharu hingga berlinang air mata.

“Pemikiran Tuan yang sangat menyeluruh.” Jeff menjelaskan, “Dia menyuruh Jasper mencari seorang perancang

terkenal untuk mendesain gedung ini. Lalu, menyuruh orang mengirim kayu dari Negara Nusantara dan

langsung mulai pembangunan. Coba Nona lihat, ini semua sudah hampir rampung, hanya perlu menunggu

bahan-bahan obat herbal.”

1/3

“Baguslah....” Dewi luar biasa terharu, “Dia tidak memberitahuku.”

“Tuan selalu bertindak diam-diam.” Saat Jeff bicara, ada bawahan yang melapor, “Tuan sudah pulang!”

“Secepat ini?” Jeff sangat terkejut, “Hari ini ada banyak urusan di kantor. Aku kira akan pulang

malam.”

“Apa yang terjadi di kantor?” tanya Dewi.

“Uh, ini...."” Jeff tidak berani bicara.

“Baiklah, aku akan tanya padanya.”

Dewi buru-buru mencari Lorenzo.

Baru saja Lorenzo turun dari mobil, Dewi sudah melemparkan diri ke pelukannya, sangat gembira seperti anak

kecil.

“Hati-hati kakimu!” Lorenzo menatap Dewi dengan penuh kasih sayang.

“Terima kasih!” Dewi berjinjit dan mencium dagu Lorenzo, “Tadi aku sudah lihat ruang kerjaku. Sangat besar dan

sangat cantik!”

“Uhhh!” Lorenzo cemberut, “Membuatkanmu ruang kerja, kamu baru begitu gembira hingga menciumku!”

“Hehe, aku suka, maka mau cium.”

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

Dewi berjinjit menciumnya lagi.

Lorenzo mendongakkan kepalanya, sengaja marah padanya, “Dasar pendek, tidak boleh cium!”

“Menyebalkan!”

Dewi meronta-ronta di tubuh Lorenzo, sengaja menggigitnya.

Kedua orang itu bercanda sambil tertawa senang.

Lorenzo merangkul pinggang Dewi, memeluknya masuk ke dalam.

Pemandangan ini sangat bahagia dan manis.

Melihat hal ini, semua orang di sekeliling turut gembira untuk mereka.

Nola bahkan menunjukkan senyum penuh kasih sayang.

Di dalam kastel yang tidak jauh dari sana, Willy menyaksikan adegan ini sambil duduk di kursi roda. Meski tidak

bisa mendengar percakapan mereka, tapi dia bisa melihat interaksi manis antara Lorenzo dan Dewi.

Sungguh bahagia!

Sudut bibir Willy sedikit terangkat, lalu ia menurunkan tatapannya. Tatapan matanya luar biasa dingin.