We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Bab 877
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 877

“Lancang sekali!” Jonson mendorong Linda dan memarahinya sambil menggerakkan gigi. “Masalah

keji ini, hanya kamu yang dapat melakukannya. Kakakmu begitu baik hati dan lemah lembut, bahkan ia

tidak tega membunuh seckor semut. Bagaimana mungkin ia mencelakaimu?”

“Ayah tidak percaya padaku?” Linda sudah mau menggila, “Jelas–jelas dia hanya berpura–pura,

berpura–pura menjadi orang baik, padahal halinya lebih bengis dari siapapun.”

“Cukup!!!” Jonson sama sekali tidak mau mendengarkannya lagi, “Terakhir kali, kamu menyetir mobil

sambil mabuk, hampir saja menabraknya mati. Awalnya aku ingin mencari perhitungan denganmu, tapi

kakakmu bilang sudahi saja masalah ini. Katanya dulu kamu masih muda dan tidak dewasa, wajar

melakukan hal ceroboh. Ia meinintaku untuk tidak mempermasalahkannya. Kakakmu begitu baik hati

dan begitu menyayangimu. Sekarang kamu malah menfitnahnya?”

Victoria menangis di samping, ia benar–benar sedih dan tampak menyedihkan.

“Ayah, apa yang kamu bicarakan? Sejak kapan aku hampir menabraknya mati?” Linda tercengang,

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

“Malam itu, aku memang mabuk dan hampir menabraknya, tapi aku sama sekali tidak menyentuhnya.

Mobilku melaju melewatinya, ia sendiri yang terkejut dan terjatuh. Aku bahkan tidak menyentuh schielai

rambutnya....”

“Aku sudah tahu, kamu pasti menyangkal.” Jonson murka, “Kamu sungguh telah rusak dimanjakan

olehku. Sebelumnya kamu melakukan banyak kejahatan, mengendalikan grup, merebut saham, aku

saja tidak mencari perhitungan denganmu, bahkan kamu menyetir dengan mabuk dan hampir

membunuh Kakakmu saja, aku tidak mempermasalahkan.... ETERNA

Tapi sekarang, kamu malah berbalik menfitnahnya. Benar–benar keterlaluan. Jika bukan berkat

Victoria, keluarga ini sudah hancur. Ia mengorbankan dirinya, melepaskan reputasinya dan berusaha

keras melin lungi hubungan kita dengan keluarga Wallance. Olch karena itu, Daniel baru mau

membantu kita.

Sama–sama putriku. Satu tidak henti–hentinya menyebabkan masalah untukku, satu lagi selalu

membantuku membereskan masalah.... Jika aku masih tidak bisa membedakan mana yang benar

mana yang salali, maka sia–sia aku menjadi scorang ayah!!!”

“Ahhhh.” Linda menggamuk. la bangun lari lantai dan mengamuk dengan gempar, “Kenapa tidak

percaya padaku? Kenapa? Semua ini adalah triknya. Dia sekarang mencelakaiku, kedepannya ia juga

akan mencelakaimu....”

“Diam!” Jonson menamparnya.

Linda ditampar hingga kembali terjatuh ke lantai. Ujung bibirnya mengalirkan darah segar. Ia

tercengang setelah ditampar, sama sekali tidak menduga ayah kesayangannya akan

memperlakukannya seperti ini.

Victoria terkejut, lalu berbicara dengan bahasa isyarat, “Ayah, kenapa kamu menampar Adik? la tidak

paham, kita bisa mengajarinya pelan–pelan. Kamu tidak boleh main tangan.

Jonson juga menyadari dirinya telah hilang kendali. Ia agak menyesal....

Di saat ini, Victoria maju memapal Llinda. Linda mencgcrtakkan gigi dan menainparnya dengan

keras.

“Plak‘ sebuah tamparan keras....

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

Victoria clitampar hingga terjatuh ke lantai. Dalam seketika, ada jejak tangan di wajahnya.

luar, i

Air matanya mengalir keluar, ia menatap Linda dengan tatapan tak percaya dan berbicara

menggunakan Laljasa isyarat, “Scjak awal, aku selalu menganggapmu sebagai adikku. Kenapa harus

memperlakukanku‘seperui ini?”

“Kamu sangat keterlaluan!!!” Jonson menggertakkan gigi, melambaikan tangan ingin menampar Linda.

“Tampar, tampar aku sampai mali!” Linda meninggikan wajahnya sambil memelototinya dengan kejam.

“Sciclah aku‘ mati dan jadi hantu pun, aku tidak akan melepaskan kalian.”

“Kamu benar–benar tak tertolong lagi” Jonson menarik kembali tangannya dan menarik Victoria berdiri.

Lalu, ia menunjuk Linda sambil memperingatkannya dengan kejam. “Jika kamu ingin tinggal di rumah

ini, kamu harus menghormati Kakakmu. Jika kamu menindasnya lagi, aku akan mengusirmu keluar.....

***Keluar ya keluar. Sejak awal aku tidak ingin tinggal di rumah ini!”

Kali ini, Linda benar–benar menyerah. Ia tidak lagi menangis dan meraung seperi tadi, melainkan

berusaha berdiri dari lantai dan memerintah pengawalnya, “Kita pergi!”

Pengawal itu inasih bengong di tempat, tetapi akhirnya ia ncndekat memapah Linda kembali ke kursi

roda. Lalu, mendorongnya berjalan keluar.